Halaman

blog-indonesia.com

Minggu, 20 Desember 2009

PUASA 'ASYURO

Dewasa ini kritik terhadap hadis jarang dilakukan oleh pemerhati (baca kritikus) hadis pada aspek sanad (mata rantai perawi) hadis, yang mereka lakukan kebanyakan pada matan (teks) hadis saja. Bahkan ada ungkapan miring yang ditujukan kepada ulama hadis bahwa mereka hanya disibukkan mengkaji sanad dan tidak cerdas dalam mengkritisi teks hadis itu sendiri, sehingga banyak hadis yang sudah dinilai shahih (otentik) oleh ulama hadis, ternyata dipertanyakan sisi validitasnya. Hadis puasa Asyura tergolong hadis yang sudah dinilai otektik oleh ulama hadis, namun dipertanyakan validitasnya oleh pemerhati hadis dewasa ini yang berakhir pada penolakan terhadap hadis tersebut.
Puasa Asyura adalah puasa sunah yang dilakukan pada tanggal sepuluh Muharram bulan Hijriyah. Ada juga yang mendefinisikan puasa sunah yang dilakukan pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram bulan Hijriyah, yang lazim disebut puasa tasi’ wa asyir.

Masih banyak orang yang meragukan keberadaan syari’at puasa Asyura, bahkan ada juga yang mengingkarinya. Tulisan ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan, apakah puasa Asyura merupakan syari’at yang benar, dan kapan pelaksanaan yang sebenarnya. Semoga tulisan ini membawa manfaat.

Hadis Ibn Abbas
Keberadaan puasa Asyura tidak pernah dipermasalahkan oleh ulama hadis bahkan umat Islam pada umumnya karena landasan (argumentasi) masalah ini telah ada dalam hadis yang shahih dan akurat. Namun dewasa ini ada sekelompok orang yang menggugat kebenaran syari’at puasa Asyura. Mereka mempertanyakan validitas hadis tersebut dan berakhir dengan menafikannya.
Hadis utama dalam kajian puasa Asyura adalah riwayat Abdullah ibn Abbas. Berikut ini dipaparkan takhrij hadis tersebut. Hadis riwayat Ibn Abbas dikeluarkan oleh Bukhari (shiyam: 1865); Muslim (shaum: 1910, 1911); Turmudzi (shaum: 686); Abu Daud (shaum: 2088, 2089); Ibn Majah (shiyam: 1724); Ahmad (musnad bani hasyim: 2002, 2047, 2512, 2688, 2946, 2998, 3044) dan Darimi (shaum: 1694).
Dikeluarkan Bukhari (shiyam: 1865) dengan redaksi:
1- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (1865) حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُالْوَارِثِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ حَدَّثَنَا عَبْدُاللَّهِ بْنُ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Ibn Abbas berkata: Ketika Nabi saw, sampai di kota Madinah menyaksikan orang Yahudi berpuasa Asyura. Nabi saw, bertanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: Ini adalah hari kemuliaan, karena Allah menyelamatkan bani Israil dari musuhnya (kejaran Fir’aun), maka hari itu dipuasai oleh Musa. Nabi saw, bersabda: Saya lebih pantas mengikuti jejak Musa dibanding kalian. Maka hari itu dipuasai oleh Nabi dan beliau memerintah umat untuk ikut mempuasainya.
Dikeluarkan Muslim (shaum: 1910) dengan redaksi:
2- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1910) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ فَقَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ و حَدَّثَنَاه ابْنُ بَشَّارٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ جَمِيعًا عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ بِهَذَا الاِسْنَادِ وَقَالَ فَسَأَلَهُمْ عَنْ ذَلِكَ
Ibn Abbas berkata: Ketika Nabi saw, sampai di kota Madinah menyaksikan orang Yahudi berpuasa Asyura. Mereka ditanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: Ini adalah hari dimana Allah memberikan kemenangan buat Musa dan bani Israil terhadap Fir’aun, maka kami mempuasainya sebagai pemuliaan baginya. Nabi saw, bersabda: Saya lebih pantas mengikuti jejak Musa dibanding kalian. Maka hari itu dipuasai oleh Nabi dan beliau memerintah umat untuk ikut mempuasainya. Hadis ini juga diriwayatkan Ibn Bassyar dan Abu Bakar ibn Nafi’ dari Muhammad ibn Ja’far dari Syu’bah dari Abu Bisrin.

Dikeluarkan Muslim (shaum: 1911) dengan redaksi:
3- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1911) و حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ أَيُّوبَ بِهَذَا الاِسْنَادِ إِلاَّ أَنَّهُ قَالَ عَنِ ابْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ لَمْ يُسَمِّهِ
Ibn Abbas berkata: Ketika Nabi saw, sampai di kota Madinah menyaksikan orang Yahudi berpuasa Asyura. Nabi saw, bertanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: Ini adalah hari kemuliaan, karena Allah menyelamatkan Musa dan umatnya (bani Israil) dan menenggelamkan Fir’aun dan antek-anteknya, maka hari itu dipuasai oleh Musa sebagai rasa syukur kepada Allah dan kami pun turut mempuasainya. Nabi saw, bersabda: Saya lebih pantas mengikuti jejak Musa dibanding kalian. Maka hari itu dipuasai oleh Nabi dan beliau memerintah umat untuk ikut mempuasainya. Hadis di atas juga diriwayatkan oleh Ishak ibn Ibrahim dari Abdurrazaq dari Ma’mar dari Ayyub, hanya saja ia meriwayatkan dari putra Sa’id ibn Jubair (tanpa ditunjukkan namanya).

Dikeluarkan Turmudzi (shaum: 686) dengan redaksi:
4- أَخْرَجَ التُّرْمُذِى (686) حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ يُونُسَ عَنِ الْحَسَنِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَوْمِ عَاشُورَاءَ يَوْمُ الْعَاشِرِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِي يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ يَوْمُ التَّاسِعِ و قَالَ بَعْضُهُمْ يَوْمُ الْعَاشِرِ وَرُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ صُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ وَبِهَذَا الْحَدِيثِ يَقُولُ الشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَقُ
Ibn Abbas berkata: Nabi saw, memerintah puasa Asyura’ pada hari kesepuluh (bulan Muharram). Abu Isa (Turmudzi) berkata: Hadis Ibn Abbas nilainya hasan shahih. Ulama berselisih pendapat, sebagian melaksanakan pada tanggal sembilan. Yang lain melaksanakan tanggal sepuluh. Diriwayatkan bahwa Ibn Abbas berfatwa memerintahkan berpuasa tanggal sembilan dan sepuluh untuk menyelisihi tradisi Yahudi. Inilah pendapat Syafi’i, Ahmad dan Ishak.
Dikeluarkan Abu Daud (shaum: 2088) dengan redaksi:
5- أَخْرَجَ أَبُوْ دَاوُدَ (2088) حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ فَقَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللَّهُ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ وَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Ibn Abbas berkata: Ketika Nabi saw, sampai di kota Madinah menyaksikan orang Yahudi berpuasa Asyura. Mereka ditanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: Ini adalah hari dimana Allah memberikan kemenangan buat Musa dan bani Israil terhadap Fir’aun, maka kami mempuasainya sebagai pemuliaan baginya. Nabi saw, bersabda: Saya lebih pantas mengikuti jejak Musa dibanding kalian. Maka hari itu dipuasai oleh Nabi dan beliau memerintah umat untuk ikut mempuasainya.
Dikeluarkan Abu Daud (shaum: 2089) dengan redaksi:
6- أَخْرَجَ أَبُوْ دَاوُدَ (2089) حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْمَهْرِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ أَنَّ إِسْمَعِيلَ بْنَ أُمَيَّةَ الْقُرَشِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا غَطَفَانَ يَقُولُ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ حِينَ صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَنَا بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ صُمْنَا يَوْمَ التَّاسِعِ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ibn Abbas berkata: Ketika Nabi saw, melaksanakan puasa Asyura dan beliau memerintah kami untuk turut mempuasainya, umat berkata: Wahai Nabi, bukankah ini hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani? Maka Nabi saw, bersabda: Sekiranya tahun depan masih ada usia, kami melaksanakan puasa tasyi’ (kesembilan). Ternyata tahun berikutnya beliau telah wafat.
Dikeluarkan Ibn Majah (shiyam: 1724) dengan redaksi:
7- أَخْرَجَ ابْنُ مَاجَهْ (1724) حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنِ أَبِي سَهْلٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صُيَّامًا فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ فِيهِ فِرْعَوْنَ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Ibn Abbas berkata: Ketika Nabi saw, sampai di kota Madinah menyaksikan orang Yahudi berpuasa Asyura. Nabi saw, bertanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: Ini adalah hari kemuliaan, karena Allah menyelamatkan Musa dan umatnya (bani Israil) dan menenggelamkan Fir’aun dan antek-anteknya, maka hari itu dipuasai oleh Musa sebagai rasa syukur kepada Allah. Nabi saw, bersabda: Saya lebih pantas mengikuti jejak Musa dibanding kalian. Maka hari itu dipuasai oleh Nabi dan beliau memerintah umat untuk ikut mempuasainya.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad bani hasyim: 2002) dengan redaksi:
8- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (2002) حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ وَرَوْحٌ قَالَ ثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَيْرٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَئِنْ عِشْتُ قَالَ رَوْحٌ لَئِنْ سَلِمْتُ إِلَى قَابِلٍ لاَصُومَنَّ التَّاسِعَ يَعْنِي عَاشُورَاءَ
Dari Ibn Abbas, Nabi saw, bersabda: Sekiranya tahun depan usia saya masih ada (hidup) tentu saya melaksanakan puasa tasi’ (kesembilan), yakni puasa Asyura.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad bani hasyim: 20047) dengan redaksi:
9- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (2047) قَالَ هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي لَيْلَى عَنْ دَاوُدَ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا
Dari Ibn Abbas, Nabi saw, bersabda: Berpuasalah di hari Asyura dan bedakan dengan tradisi Yahudi, maka puasai satu hari sebelum atau sesudahnya.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad bani hasyim: 2512) dengan redaksi:
10- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (2512) حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَ قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ قَالَ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ قَالَ فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ بِصَوْمِهِ
Ibn Abbas berkata: Ketika Nabi saw, sampai di kota Madinah menyaksikan orang Yahudi berpuasa Asyura. Nabi saw, bertanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: Ini adalah hari kemuliaan, karena Allah menyelamatkan bani Israil dari musuhnya (kejaran Fir’aun), maka hari itu dipuasai oleh Musa. Nabi saw, bersabda: Saya lebih pantas mengikuti jejak Musa dibanding kalian. Maka hari itu dipuasai oleh Nabi dan beliau memerintah umat untuk ikut mempuasainya.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad bani hasyim: 2688) dengan redaksi:
11- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (2688) حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَم فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ بِصَوْمِهِ
Ibn Abbas berkata: Ketika Nabi saw, sampai di kota Madinah menyaksikan orang Yahudi berpuasa Asyura. Nabi saw, bertanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: Ini adalah hari kemuliaan, karena Allah menyelamatkan bani Israil dari musuhnya (kejaran Fir’aun), maka hari itu dipuasai oleh Musa. Nabi saw, bersabda: Saya lebih pantas mengikuti jejak Musa dibanding kalian. Maka hari itu dipuasai oleh Nabi dan beliau memerintah umat untuk ikut mempuasainya.

Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad bani hasyim: 2946) dengan redaksi:
12- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (2946) حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنِ ابْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ يَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ يَوْمَ نَجَّى اللَّهُ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنِّي أَوْلَى بِمُوسَى وَأَحَقُّ بِصِيَامِهِ فَصَامَهُ وَأَمَر بِصِيَامِهِ
Ibn Abbas berkata: Ketika Nabi saw, sampai di kota Madinah menyaksikan orang Yahudi berpuasa Asyura. Nabi saw, bertanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: Ini adalah hari kemuliaan, karena Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun, maka hari itu dipuasai oleh Musa sebagai rasa syukur kepada Allah. Nabi saw, bersabda: Saya lebih pantas mengikuti jejak Musa dibanding kalian. Maka hari itu dipuasai oleh Nabi dan beliau memerintah umat untuk ikut mempuasainya.

Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad bani hasyim: 2998) dengan redaksi:
13- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (2998) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَإِذَا الْيَهُودُ قَدْ صَامُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسَأَلَهُمْ عَنْ ذَلِكَ فَقَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَصْحَابِهِ أَنْتُمْ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصُومُوهُ
Ibn Abbas berkata: Ketika Nabi saw, sampai di kota Madinah menyaksikan orang Yahudi berpuasa Asyura. Nabi saw, bertanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: Ini adalah hari kemuliaan, karena Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Maka Nabi saw, bersabda kepada para sahabatnya: Kalian lebih layak untuk mengikuti jejak Musa daripada mereka, maka puasailah.

Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad bani hasyim: 3044) dengan redaksi:
14- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (3044) حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَيْرٍ مَوْلًى لاِبْنِ عَبَّاسٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لاَصُومَنَّ الْيَوْمَ التَّاسِعَ
Dari Ibn Abbas, Nabi saw, bersabda: Sekiranya masih ada sisa usia saya di tahun depan tentu saya akan melaksanakan (puasa Asyura) pada hari kesembilan.
Dikeluarkan Darimi (shaum: 1694) dengan redaksi:
15- أَخْرَجَ الدَّارِمِى (1694) أَخْبَرَنَا سَهْلُ بْنُ حَمَّادٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَالْيَهُودُ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسَأَلَهُمْ فَقَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتُمْ أَوْلَى بِمُوسَى فَصُومُوهُ
Ibn Abbas berkata: Ketika Nabi saw, sampai di kota Madinah menyaksikan orang Yahudi berpuasa Asyura. Nabi saw, bertanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: Ini adalah hari kemuliaan, karena Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Maka Nabi saw, bersabda kepada para sahabatnya: Kalian lebih layak untuk mengikuti jejak Musa daripada mereka, maka puasailah.


Hadis Pendukung
Hadis yang menjelaskan puasa Asyura bukan hanya diriwayatkan oleh Ibn Abbas, melainkan ditemukan hadis-hadis yang mendukung keberadaan syari’at puasa Asyura dari beberapa periwayatan sahabat, di antaranya adalah (1) Abdullah ibn Umar, (2) Aisyah, (3) Salamah ibn Akwa’, (4) Rubayyi binti Mu’awwidz, (5) Mu’awiyah ibn Abi Sufyan, (6) Abu Musa al Asy’ari, (7) Jabir ibn Samurah, (8) Abu Qatadah, (9) Muhammad ibn Shaifi, (10) Hafshah, (11) Qais ibn Sa’ad, (12) Ali ibn Abi Thalib, (13) Abu Hurairah, (14) Hindi ibn Asma’ dan (15) Jabir ibn Abdullah.
Pertama, hadis riwayat Abdullah ibn Umar dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1759, 1861) (tafsir al Qur’an: 4141); Muslim (shiyam: 1901, 1902, 1903, 1904); Abu Daud (shaum: 2087); Ibn Majah (shiyam: 1727); Ahmad (musnad muktsirin min shahabah: 4253); Darimi (shaum: 1697).
Dikeluarkan Bukhari (shaum: 1759, 1861) (tafsir al Qur’an: 4141); Muslim (shiyam: 1901, 1902, 1903, 1904); Abu Daud (shaum: 2087); Ibn Majah (shiyam: 1727); Ahmad (musnad muktsirin min shahabah: 4253); Darimi (shaum: 1697).
Dikeluarkan Bukhari (shaum: 1759) dengan redaksi:
1- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (1759) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا قَالَ صَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تُرِكَ وَكَانَ عَبْدُاللَّهِ لاَ يَصُومُهُ إِلاَّ أَنْ يُوَافِقَ صَوْمَهُ
Abdullah ibn Umar berkata: Nabi saw, melaksanakan puasa Asyura dan memerintah umat untuk turut mempuasainya. Ketika puasa Ramadhan diwajibkan puasa itu ditinggalkan. Perawi berkata: Abdullah tidak mempuasainya kecuali bertepatan dengan hari yang biasanya ia puasai.
Dikeluarkan Bukhari (shaum: 1861) dengan redaksi:
2- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (1861) حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ إِنْ شَاءَ صَامَ
Dari Salim ibn Abdullah dari bapaknya, Nabi saw, bersabda: Orang yang menghendaki berpuasa Asyura, kepadanya dipersilakan.
Dikeluarkan Bukhari (tafsir al Qur’an: 4141) dengan redaksi:
3- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (4141) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِاللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنِي نَافِعٌ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا قَالَ كَانَ عَاشُورَاءُ يَصُومُهُ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ قَالَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ لَمْ يَصُمْهُ
Abdullah ibn Umar berkata: Asyura adalah puasa yang biasa dilakukan orang jahiliah. Ketika turun kewajiban puasa Ramadhan, maka Nabi saw, bersabda: Orang yang mau mempuasainya silakan dan yang tidak juga silakan.
Dikeluarkan Muslim (shiyam: 1901) dengan redaksi:
4- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1901) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَهُ وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ و حَدَّثَنَاه مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا يَحْيَى وَهُوَ الْقَطَّانُ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ كِلاَهُمَا عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بِمِثْلِهِ فِي هَذَا الاِسْنَادِ
Abdullah ibn Umar berkata: Orang jahiliah berpuasa Asyura, Nabi dan umat Islam juga turut mempuasainya. Ketika difardhukan puasa Ramadhan maka Nabi saw, bersabda: Hari Asyura merupakan salah satu hari kemuliaan di sisi Allah, barangsiapa hendak mempuasainya silakan dan yang tidak mau mempuasainya juga silakan.
Dikeluarkan Muslim (shiyam: 1902) dengan redaksi:
5- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1901) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَهُ وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ و حَدَّثَنَاه مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا يَحْيَى وَهُوَ الْقَطَّانُ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ كِلاَهُمَا عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بِمِثْلِهِ فِي هَذَا الاِسْنَادِ
Abdullah ibn Umar berkata: Orang jahiliah berpuasa Asyura, Nabi dan umat Islam juga turut mempuasainya. Ketika difardhukan puasa Ramadhan maka Nabi saw, bersabda: Hari Asyura merupakan salah satu hari kemuliaan di sisi Allah, barangsiapa hendak mempuasainya silakan dan yang tidak mau mempuasainya juga silakan.
Dikeluarkan Muslim (shiyam: 1903) dengan redaksi:
6- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1903) حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنِ الْوَلِيدِ يَعْنِي ابْنَ كَثِيرٍ حَدَّثَنِي نَافِعٌ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنَّ هَذَا يَوْمٌ كَانَ يَصُومُهُ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا لاَ يَصُومُهُ إِلاَّ أَنْ يُوَافِقَ صِيَامَهُ و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي خَلَفٍ حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا أَبُو مَالِكٍ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ الاَخْنَسِ أَخْبَرَنِي نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا قَالَ ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَوْمُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَذَكَرَ مِثْلَ حَدِيثِ اللَّيْثِ بْنِ سَعْدٍ سَوَاءً
Dari Abdullah ibn Umar, Nabi saw, bersabda: Sesungguhnya hari Asyura adalah hari yang dipuasai oleh masyarakat jahiliah, maka barangsiapa hendak mempuasainya silakan dan yang tidak mau mempuasainya juga silakan. Perawi berkata: Abdullah ibn Umar tidak berpuasa di hari Asyura kecuali bertepatan dengan hari yang biasanya ia puasai.
Dikeluarkan Muslim (shiyam: 1904) dengan redaksi:
7- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1904) و حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُثْمَانَ النَّوْفَلِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدٍ الْعَسْقَلاَنِيُّ حَدَّثَنَا سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا قَالَ ذُكِرَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ فَقَالَ ذَاكَ يَوْمٌ كَانَ يَصُومُهُ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Abdullah ibn Umar berkata: Kepada Nabi saw, diingatkan hari Asyura, maka Nabi saw, bersabda: Hari itu telah dipuasai oleh masyarakat jahiliah, maka barangsiapa yang ingin mempuasainya silakan dan yang tidak ingin mempuasainya juga silakan.
Dikeluarkan Abu Daud (shaum: 2087) dengan redaksi:
8- أَخْرَجَ أَبُوْ دَاوُدَ (2087) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنِي نَافِعٌ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ عَاشُورَاءُ يَوْمًا نَصُومُهُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Abdullah ibn Umar berkata: Hari Asyura telah dipuasai oleh masyarakat jahiliah. Ketika difardhukan puasa Ramadhan, maka Nabi saw, bersabda: Hari Asyura merupakan salah satu hari mulia di sisi Allah, barangsiapa yang ingin mempuasainya silakan dan yang tidak ingin mempuasainya juga silakan.

Dikeluarkan Ibn Majah (shiyam: 1727) dengan redaksi:
9- أَخْرَجَ ابْنُ مَاجَهْ (1727) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ أَنْبَأَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ ذُكِرَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَوْمًا يَصُومُهُ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَرِهَهُ فَلْيَدَعْهُ
Abdullah ibn Umar berkata: Kepada Nabi saw, diingatkan hari Asyura, maka Nabi saw, bersabda: Hari itu telah dipuasai oleh masyarakat jahiliah, maka barangsiapa yang ingin mempuasainya silakan dan yang tidak ingin mempuasainya juga silakan.

Dikeluarkan Ahmad (musnad muktsirin min shahabah: 4253) dengan redaksi:
10- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (4253) حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ أَخْبَرَنَا أَيُّوبُ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ فِي عَاشُورَاءَ صَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ بِصَوْمِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تُرِكَ فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ لاَ يَصُومُهُ إِلاَّ أَنْ يَأْتِيَ عَلَى صَوْمِهِ
Abdullah ibn Umar berkata: Hari Asyura telah dipuasai oleh Nabi saw, dan beliau memerintah umat untuk turut mempuasainya. Ketika difardhukan puasa Ramadhan, puasa itu ditinggalkan. Perawi berkata: Abdullah sendiri tidak mempuasainya kecuali bertepatan dengan hari yang biasa mempuasainya.
Dikeluarkan Darimi (shaum: 1697) dengan redaksi:
11- أَخْرَجَ الدَّارِمِى (1697) أَخْبَرَنَا يَعْلَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصُومُهُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ لاَ يَصُومُهُ إِلاَّ أَنْ يُوَافِقَ صِيَامَهُ
Dari Ibn Umar, Nabi saw, bersabda: Hari Asyura merupakan hari yang dipuasai oleh masyarakat Quraiys di masa jahiliah, maka di antara kalian yang ingin mempuasainya silakan dan yang tidak ingin mempuasainya juga silakan. Abdullah sendiri tidak mempuasainya kecuali bertepatan dengan hari yang biasa ia mempuasainya.
Kedua, hadis riwayat Aisyah dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1760, 1863) (manaqib: 3544) (tafsir al Qur’an: 4142, 4144); Muslim (shiyam: 1897, 1898, 1899, 1900); Turmudzi (shaum: 684); Abu Daud (shaum: 2086); Ahmad (baqi musnad anshar: 22884, 23097, 24131, 24874, 24912); Malik (shiyam: 587); Darimi (shaum: 1695, 1698).
Dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1760) dengan redaksi:
12- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (1760) حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ أَنَّ عِرَاكَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُ أَنَّ عُرْوَةَ أَخْبَرَهُ عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, maka Nabi saw, memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan. Nabi saw, bersabda: Barangsiapa tidak ingin mempuasainya silakan dan barangsiapa yang ingin mempuasainya silakan.
Dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1863) dengan redaksi:
13- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (1863) حَدَّثَنَا عَبْدُاللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan. Ketika puasa Ramadhan difardhukan tradisi puasa itu ditinggalkan. Nabi saw, bersabda: Barangsiapa tidak ingin mempuasainya silakan dan barangsiapa yang ingin mempuasainya juga silakan.
Dikeluarkan oleh Bukhari (manaqib: 3544) dengan redaksi:
14- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (3544) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا هِشَامٌ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ لاَ يَصُومُهُ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan. Ketika puasa Ramadhan difardhukan tradisi itu ditinggalkan, beliau bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya juga silakan.
Dikeluarkan oleh Bukhari (tafsir al Qur’an: 4142) dengan redaksi:
15- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (4142) حَدَّثَنَا عَبْدُاللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا كَانَ عَاشُورَاءُ يُصَامُ قَبْلَ رَمَضَانَ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ قَالَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Aisyah berkata: Hari Asyura adalah puasa yang dipuasai sebelum Ramadhan. Ketika difardhukan puasa Ramadhan maka Nabi saw, bersabda: Barangsiapa mempuasainya silakan dan yang tidak ingin mempuasainya silakan.
Dikeluarkan oleh Bukhari (tafsir al Qur’an: 4144) dengan redaksi:
16- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (4144) حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا هِشَامٌ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ كَانَ رَمَضَانُ الْفَرِيضَةَ وَتُرِكَ عَاشُورَاءُ فَكَانَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ لَمْ يَصُمْهُ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan. Ketika puasa Ramadhan difardhukan tradisi puasa itu ditinggalkan. Nabi saw, bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya juga silakan.

Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1897) dengan redaksi:
17- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1897) حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصُومُ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا هَاجَرَ إِلَى الْمَدِينَةِ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ شَهْرُ رَمَضَانَ قَالَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ هِشَامٍ بِهَذَا الاِسْنَادِ وَلَمْ يَذْكُرْ فِي أَوَّلِ الْحَدِيثِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ وَقَالَ فِي آخِرِ الْحَدِيثِ وَتَرَكَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ وَلَمْ يَجْعَلْهُ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَرِوَايَةِ جَرِيرٍ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan. Ketika puasa Ramadhan difardhukan tradisi puasa itu ditinggalkan. Nabi saw, bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya juga silakan.
Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1898) dengan redaksi:
18- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1898) حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ يَوْمَ عَاشُورَاءَ كَانَ يُصَامُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَلَمَّا جَاءَ الاِسْلاَمُ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Aisyah berkata: Hari Asyura adalah puasa yang dipuasai sebelum Ramadhan. Ketika difardhukan puasa Ramadhan maka Nabi saw, bersabda: Barangsiapa mempuasainya silakan dan yang tidak ingin mempuasainya juga silakan.
Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1899) dengan redaksi:
19- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1899) حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِصِيَامِهِ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Aisyah berkata: Nabi saw, memerintahkan puasa Asyura sebelum difardhukan puasa Ramadhan. Ketika puasa Ramadhan difardhukan maka orang yang ingin mempuasainya dipersilakan dan yang tidak ingin mempuasainya juga dipersilakan.
Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1900) dengan redaksi:
20- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1900) حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ جَمِيعًا عَنِ اللَّيْثِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ ابْنُ رُمْحٍ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ أَنَّ عِرَاكًا أَخْبَرَهُ أَنَّ عُرْوَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْهُ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan. Ketika puasa Ramadhan difardhukan tradisi puasa itu ditinggalkan. Nabi saw, bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya juga silakan.

Dikeluarkan oleh Turmudzi (shaum: 684) dengan redaksi:
21- أَخْرَجَ التُّرْمُذِى (684) حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ عَاشُورَاءُ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ رَمَضَانُ هُوَ الْفَرِيضَةُ وَتَرَكَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ وَقَيْسِ بْنِ سَعْدٍ وَجَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ وَابْنِ عُمَرَ وَمُعَاوِيَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى وَالْعَمَلُ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ عَلَى حَدِيثِ عَائِشَةَ وَهُوَ حَدِيثٌ صَحِيحٌ لاَ يَرَوْنَ صِيَامَ يَوْمِ عَاشُورَاءَ وَاجِبًا إِلاَّ مَنْ رَغِبَ فِي صِيَامِهِ لِمَا ذُكِرَ فِيهِ مِنَ الْفَضْلِ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan. Ketika puasa Ramadhan difardhukan tradisi puasa itu ditinggalkan. Nabi saw, bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya juga silakan. Dalam masalah ini telah diriwayatkan pula oleh Ibn Mas’ud, Qais ibn Sa’ad, Jabir ibn Samurah, Ibn Umar dan Mu’awiyah. Abu Isa (Turmudzi) berkata: Ulama mengamalkan hadis riwayat Aisyah, hadis itu shahih. Namun mereka tidak berpendapat hukumnya wajib, hanya untuk mereka yang menghendakinya karena ada fadhilahnya.

Dikeluarkan oleh Abu Daud (shaum: 2086) dengan redaksi:
22- أَخْرَجَ أَبُوْ دَاوُدَ (2086) حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَلَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ هُوَ الْفَرِيضَةُ وَتُرِكَ عَاشُورَاءُ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan. Ketika puasa Ramadhan difardhukan tradisi puasa itu ditinggalkan. Nabi saw, bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya juga silakan.
Dikeluarkan oleh Ahmad (baqi musnad anshar: 22884) dengan redaksi:
23- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (22884) حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا يَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا نَزَلَتْ فَرِيضَةُ شَهْرِ رَمَضَانَ كَانَ رَمَضَانُ هُوَ الَّذِي يَصُومُهُ وَتَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَهُ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan. Ketika puasa Ramadhan difardhukan tradisi puasa itu ditinggalkan. Nabi saw, bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya juga silakan.
Dikeluarkan oleh Ahmad (baqi musnad anshar: 23097) dengan redaksi:
24- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (23097) حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَيَحْيَى عَنْ هِشَامٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا نَزَلَ صَوْمُ رَمَضَانَ كَانَ رَمَضَانُ هُوَ الْفَرِيضَةَ وَتَرَكَ عَاشُورَاءَ فَكَانَ مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ لَمْ يَصُمْهُ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan. Ketika puasa Ramadhan difardhukan tradisi puasa itu ditinggalkan. Nabi saw, bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya juga silakan.

Dikeluarkan oleh Ahmad (baqi musnad anshar: 24131) dengan redaksi:
25- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (24131) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا يَصُومُهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَتْ قُرَيْشٌ تَصُومُهُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ كَانَ رَمَضَانُ هُوَ الْفَرِيضَةَ وَتَرَكَ عَاشُورَاءَ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan tradisi itu ditinggalkan.

Dikeluarkan oleh Ahmad (baqi musnad anshar: 24874) dengan redaksi:
26- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (24874) حَدَّثَنَا رَوْحٌ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي حَفْصَةَ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ رَمَضَانُ وَكَانَ يَوْمٌ فِيهِ تُسْتَرُ الْكَعْبَةُ فَلَمَّا فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ رَمَضَانَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan tradisi itu ditinggalkan, beliau bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya silakan.

Dikeluarkan oleh Ahmad (baqi musnad anshar: 24912) dengan redaksi:
27- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (24912) حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ بِصِيَامِ عَاشُورَاءَ قَبْلَ أَنْ يَنْزِلَ رَمَضَانُ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Aisyah berkata: Nabi saw, memerintahkan puasa Asyura sebelum difardhukan puasa Ramadhan, ketika puasa Ramadhan difardhukan maka Nabi saw, bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya silakan.
Dikeluarkan oleh Malik (shiyam: 587) dengan redaksi:
28- أَخْرَجَ مَالِكٌ (587) حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَلَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ هُوَ الْفَرِيضَةَ وَتُرِكَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan tradisi itu ditinggalkan, beliau bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya silakan.
Dikeluarkan oleh Darimi (shaum: 1695) dengan redaksi:
29- أَخْرَجَ الدَّارِمِى (1695) أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَيَأْمُرُنَا بِصِيَامِهِ
Aisyah berkata: Nabi saw, berpuasa Asyura dan memerintah kami untuk turut mempuasainya.
Dikeluarkan oleh Darimi (shaum: 1698) dengan redaksi:
30- أَخْرَجَ الدَّارِمِى (1698) أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ إِسْحَقَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَلَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ حَتَّى إِذَا فُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ رَمَضَانُ هُوَ الْفَرِيضَةُ وَتُرِكَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Aisyah berkata: Orang Quraisy di masa jahiliah melaksanakan puasa Asyura, ketika Nabi saw, sampai di Madinah, beliau memerintahkan untuk mempuasainya sampai puasa Ramadhan difardhukan tradisi itu ditinggalkan, beliau bersabda: Barangsiapa yang mempuasainya silakan dan barangsiapa tidak ingin mempuasainya silakan.

Ketiga, riwayat Salamah ibn Akwa’ dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1790, 1868) (ahbar ahad: 6723); Muslim (shiyam: 1918); Nasai (shiyam: 2282); Ahmad (musnad madaniyyin: 15910, 15915, 15929); Darimi (shaum: 1696).
Dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1790) dengan redaksi:
31- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (1790) حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الاَكْوَعِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ رَجُلاَ يُنَادِي فِي النَّاسِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ إِنَّ مَنْ أَكَلَ فَلْيُتِمَّ أَوْ فَلْيَصُمْ وَمَنْ لَمْ يَأْكُلْ فَلاَ يَأْكُلْ
Salamah ibn Akwa’ berkata: Nabi saw, menyuruh seseorang untuk mengumumkan di hari Asyura: Barangsiapa yang sedang makan silakan menyelesaikannya atau segera berpuasa dan barangsiapa yang sedang tidak makan supaya berpuasa.
Dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1868) dengan redaksi:
32- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (1868) حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الاَكْوَعِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاَ مِنْ أَسْلَمَ أَنْ أَذِّنْ فِي النَّاسِ أَنَّ مَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ فَإِنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ
Salamah ibn Akwa’ berkata: Nabi saw, menyuruh seseorang untuk mengumumkan di hari Asyura: Barangsiapa yang sedang makan silakan menyelesaikannya atau segera berpuasa dan barangsiapa yang sedang tidak makan supaya berpuasa. Sesungguhnya hari ini adalah hari Asyura.
Dikeluarkan oleh Bukhari (ahbar ahad: 6723) dengan redaksi:
33- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (6723) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ الاَكْوَعِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِرَجُلٍ مِنْ أَسْلَمَ أَذِّنْ فِي قَوْمِكَ أَوْ فِي النَّاسِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ أَنَّ مَنْ أَكَلَ فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ
Salamah ibn Akwa’ berkata: Nabi saw, menyuruh seseorang untuk mengumumkan di hari Asyura: Barangsiapa yang sedang makan silakan menyelesaikannya atau segera berpuasa dan barangsiapa yang sedang tidak makan supaya berpuasa.
Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1918) dengan redaksi:
34- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1918) حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا حَاتِمٌ يَعْنِي ابْنَ إِسْمَعِيلَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الاَكْوَعِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاَ مِنْ أَسْلَمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَأَمَرَهُ أَنْ يُؤَذِّنَ فِي النَّاسِ مَنْ كَانَ لَمْ يَصُمْ فَلْيَصُمْ وَمَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيُتِمَّ صِيَامَهُ إِلَى اللَّيْلِ
Salamah ibn Akwa’ berkata: Nabi saw, menyuruh seseorang untuk mengumumkan di hari Asyura: Barangsiapa tidak berpuasa supaya meneruskan puasanya dan barangsiapa makan maka supaya berpuasa sampai malam.
Dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2282) dengan redaksi:
35- أَخْرَجَ النَّسَائِى (2282) أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ يَزِيدَ قَالَ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِرَجُلٍ أَذِّنْ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ
Salamah ibn Akwa’ berkata: Nabi saw, menyuruh seseorang untuk mengumumkan di hari Asyura: Barangsiapa yang sedang makan silakan menyelesaikannya atau segera berpuasa dan barangsiapa yang sedang tidak makan supaya berpuasa.

Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad madaniyyin: 15910) dengan redaksi:
36- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (15910) قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ مَسْعَدَةَ عَنْ يَزِيدَ يَعْنِي ابْنَ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الاَكْوَعِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ رَجُلاَ مِنْ أَسْلَمَ أَنْ يُؤَذِّنَ فِي النَّاسِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مَنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ وَمَنْ كَانَ أَكَلَ فَلاَ يَأْكُلْ شَيْئًا وَلِيُتِمَّ صَوْمَهُ
Salamah ibn Akwa’ berkata: Nabi saw, menyuruh seseorang untuk mengumumkan di hari Asyura: Barangsiapa yang sedang makan silakan menyelesaikannya atau segera berpuasa dan barangsiapa yang sedang tidak makan supaya berpuasa.

Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad madaniyyin: 15915) dengan redaksi:
37- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (15915) قَالَ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ عِيسَى قَالَ أَخْبَرَنَا يَزِيدُ يَعْنِي ابْنَ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ مُنَادِيَهُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ أَنَّ مَنْ كَانَ اصْطَبَحَ فَلْيُمْسِكْ وَمَنْ لَمْ يَكُنِ اصْطَبَحَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ
Salamah ibn Akwa’ berkata: Nabi saw, memerintah seseorang untuk mengumumkan di hari Asyura: Barangsiapa masak (makan) supaya menghentikan dan barangsiapa tidak memasak (makan) supaya meneruskan puasanya.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad madaniyyin: 15929) dengan redaksi:
38- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (15929) قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ الاَكْوَعِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِرَجُلٍ مِنْ أَسْلَمَ أَذِّنْ فِي قَوْمِكَ أَوْ فِي النَّاسِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مَنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ
Salamah ibn Akwa’ berkata: Nabi saw, menyuruh seseorang untuk mengumumkan di hari Asyura: Barangsiapa yang sedang makan silakan menyelesaikannya atau segera berpuasa dan barangsiapa yang sedang tidak makan supaya berpuasa.

Dikeluarkan oleh Darimi (shaum: 1696) dengan redaksi:
39- أَخْرَجَ الدَّارِمِى (1696) أَخْبَرَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الاَكْوَعِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رَجُلاَ مِنْ أَسْلَمَ إِنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ فَمَنْ كَانَ أَكَلَ أَوْ شَرِبَ فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ أَوْ شَرِبَ فَلْيَصُمْهُ
Salamah ibn Akwa’ berkata: Nabi saw, menyuruh seseorang untuk mengumumkan di hari Asyura: Barangsiapa yang sedang makan silakan menyelesaikannya atau segera berpuasa dan barangsiapa yang sedang tidak makan supaya berpuasa.

Keempat, riwayat Rubayyi’ binti Mu’awwidz dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1824); Muslim (shiyam: 1919); Ahmad (baqi musnad anshar: 25783).
Dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1824) dengan redaksi:
40- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (1824) حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ ذَكْوَانَ عَنِ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ قَالَتْ أَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الاَنْصَارِ مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا فَليَصُمْ قَالَتْ فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الاِفْطَارِ
Rubayyi’ binti Mu’awwidz berkata: Suatu pagi di hari Asyura Nabi saw, mengutus seseorang menuju ke desa kaum Anshar dan mengatakan: Barangsiapa di pagi hari telah makan supaya berpuasa setelah itu sampai malam, barangsiapa berpuasa supaya menetapkan kondisinya seperti itu sampai malam. Kami pun ikut mempuasainya dan membiasakan anak-anak kami turut mempuasainya, kami buatkan mereka mainan dari bulu, apabila ada yang menangis lantaran ingin makan, kami menghiburnya dengan mainan itu sampai datang waktu berbuka puasa.
Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1919) dengan redaksi:
41- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1919) و حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ بْنِ لاَحِقٍ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ ذَكْوَانَ عَنِ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذِ بْنِ عَفْرَاءَ قَالَتْ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الاَنْصَارِ الَّتِي حَوْلَ الْمَدِينَةِ مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ فَكُنَّا بَعْدَ ذَلِكَ نَصُومُهُ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ وَنَذْهَبُ إِلَى الْمَسْجِدِ فَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهَا إِيَّاهُ عِنْدَ الاَفْطَارِ و حَدَّثَنَاه يَحْيَى بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو مَعْشَرٍ الْعَطَّارُ عَنْ خَالِدِ بْنِ ذَكْوَانَ قَالَ سَأَلْتُ الرُّبَيِّعَ بِنْتَ مُعَوِّذٍ عَنْ صَوْمِ عَاشُورَاءَ قَالَتْ بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُسُلَهُ فِي قُرَى الاَنْصَارِ فَذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ بِشْرٍ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ وَنَصْنَعُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ فَنَذْهَبُ بِهِ مَعَنَا فَإِذَا سَأَلُونَا الطَّعَامَ أَعْطَيْنَاهُمُ اللُّعْبَةَ تُلْهِيهِمْ حَتَّى يُتِمُّوا صَوْمَهُمْ
Rubayyi’ binti Mu’awwidz berkata: Suatu pagi di hari Asyura Nabi saw, mengutus seseorang menuju ke desa kaum Anshar di sekitar kawasan Madinah dan mengatakan: Barangsiapa di pagi hari telah makan supaya berpuasa setelah itu sampai malam, barangsiapa berpuasa supaya menetapkan kondisinya seperti itu sampai malam. Kami pun ikut mempuasainya dan membiasakan anak-anak kami turut mempuasainya, kami buatkan mereka mainan dari bulu, apabila ada yang menangis lantaran ingin makan, kami menghiburnya dengan mainan itu sampai datang waktu berbuka puasa.

Dikeluarkan oleh Ahmad (baqi musnad anshar: 25783) dengan redaksi:
42- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (25783) حَدَّثَنَا عَفَّانُ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ ذَكْوَانَ قَالَ حَدَّثَتْنِي رُبَيِّعُ بِنْتُ مُعَوِّذٍ قَالَتْ بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قُرَى الاَنْصَارِ قَالَ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ وَمَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ
Rubayyi’ binti Mu’awwidz berkata: Suatu pagi di hari Asyura Nabi saw, mengutus seseorang menuju ke desa kaum Anshar dan mengatakan: Barangsiapa di antara kalian sedang berpuasa supaya menuntaskan sampai malam dan barangsiapa makan supaya berpuasa setelah itu sampai malam.
Kelima, hadis riwayat Mu’awiyah ibn Abi Sufyan yang dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1864); Muslim (shiyam: 1909); Nasai (shiyam: 2331); Ahmad (musnad syamiyyin: 16264, 16286); Malik (shiyam: 588).
Dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1864) dengan redaksi:
43- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (1864) حَدَّثَنَا عَبْدُاللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِالرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُا يَوْمَ عَاشُورَاءَ عَامَ حَجَّ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ يَا أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ هَذَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يَكْتُبِ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَأَنَا صَائِمٌ فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْ
Humaid ibn Abdurrahman berkata: Pada tahun haji Mu’awiyah berkhutbah di mimbar: Wahai penduduk Madinah, mana ulama kalian. Saya mendengar Nabi saw, bersabda: Ini adalah hari Asyura, walaupun Allah tidak memfardhukan untuk mempuasainya, saya sendiri melaksanakannya. Maka barangsiapa berkehendak puasa silakan dan yang tidak ingin berpuasa juga silakan.
Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1909) dengan redaksi:
44- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1909) حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ خَطِيبًا بِالْمَدِينَةِ يَعْنِي فِي قَدْمَةٍ قَدِمَهَا خَطَبَهُمْ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ يَا أَهْلَ الْمَدِينَةِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِهَذَا الْيَوْمِ هَذَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يَكْتُبِ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَأَنَا صَائِمٌ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَصُومَ فَلْيَصُمْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُفْطِرَ فَلْيُفْطِرْ حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ فِي هَذَا الاِسْنَادِ بِمِثْلِهِ و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنِ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الاِسْنَادِ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي مِثْلِ هَذَا الْيَوْمِ إِنِّي صَائِمٌ فَمَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَ فَلْيَصُمْ وَلَمْ يَذْكُرْ بَاقِي حَدِيثِ مَالِكٍ وَيُونُسَ
Humaid ibn Abdurrahman berkata: Pada tahun haji Mu’awiyah berkhutbah di mimbar: Wahai penduduk Madinah, mana ulama kalian. Saya mendengar Nabi saw, bersabda: Ini adalah hari Asyura, walaupun Allah tidak memfardhukan untuk mempuasainya, saya sendiri melaksanakannya. Maka barangsiapa berkehendak puasa silakan dan yang tidak ingin berpuasa juga silakan.
Dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2331) dengan redaksi:
45- أَخْرَجَ النَّسَائِى (2331) أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ سُفْيَانَ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ يَا أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي هَذَا الْيَوْمِ إِنِّي صَائِمٌ فَمَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَ فَلْيَصُمْ
Humaid ibn Abdurrahman berkata: Pada tahun haji Mu’awiyah berkhutbah di mimbar: Wahai penduduk Madinah, mana ulama kalian. Saya mendengar Nabi saw, bersabda: Saya sedang berpuasa (Asyura). Maka barangsiapa berkehendak puasa silakan.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad syamiyyin: 16264) dengan redaksi:
46- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (16264) حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ يَخْطُبُ بِالْمَدِينَةِ يَقُولُ يَا أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ هَذَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يُفْرَضْ عَلَيْنَا صِيَامُهُ فَمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَصُومَ فَلْيَصُمْ فَإِنِّي صَائِمٌ فَصَامَ النَّاسُ حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا مَالِكٌ وَمُحَمَّدُ بْنُ أَبِي حَفْصَةَ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ عَامَ حَجَّ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ
Humaid ibn Abdurrahman berkata: Pada tahun haji Mu’awiyah berkhutbah di mimbar: Wahai penduduk Madinah, mana ulama kalian. Saya mendengar Nabi saw, bersabda: Ini adalah hari Asyura, walaupun Allah tidak memfardhukan untuk mempuasainya, saya sendiri melaksanakannya. Maka barangsiapa berkehendak berpuasa silakan dan yang tidak ingin berpuasa juga silakan. Umat pun ikut berpuasa.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad syamiyyin: 16286) dengan redaksi:
47- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (16286) حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مُعَاوِيَةَ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ يَقُولُ بِالْمَدِينَةِ عَلَى مِنْبَرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ يَا أَهْلَ الْمَدِينَةِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْيَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ وَهُوَ يَقُولُ مَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ
Humaid ibn Abdurrahman berkata: Pada tahun haji Mu’awiyah berkhutbah di mimbar: Wahai penduduk Madinah, mana ulama kalian. Saya mendengar Nabi saw, bersabda: Ini adalah hari Asyura, barangsiapa berkehendak berpuasa silakan .
Dikeluarkan oleh Malik (shiyam: 588) dengan redaksi:
48- أَخْرَجَ مَالِكٌ (588) و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ عَامَ حَجَّ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ يَا أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِهَذَا الْيَوْمِ هَذَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يُكْتَبْ عَلَيْكُمْ صِيَامُهُ وَأَنَا صَائِمٌ فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْ
Humaid ibn Abdurrahman berkata: Pada tahun haji Mu’awiyah berkhutbah di mimbar: Wahai penduduk Madinah, mana ulama kalian. Saya mendengar Nabi saw, bersabda: Ini adalah hari Asyura, walaupun Allah tidak memfardhukan untuk mempuasainya, saya sendiri melaksanakannya. Maka barangsiapa berkehendak berpuasa silakan dan yang tidak ingin berpuasa juga silakan.
Keenam, hadis riwayat Abu Musa al Asy’ari yang dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1866) (manaqib: 3648); Muslim (shiyam: 1912, 1913); Ahmad (musnad kufiyyin: 18838, 18889).
Dikeluarkan oleh Bukhari (shaum: 1866) dengan redaksi:
49- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (1866) حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِاللَّهِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ أَبِي عُمَيْسٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَعُدُّهُ الْيَهُودُ عِيدًا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصُومُوهُ أَنْتُمْ
Abu Musa al Asy’ari berkata: Hari Asyura dijadikan hari raya oleh Yahudi maka Nabi saw, bersabda: Berpuasalah kalian.
Dikeluarkan oleh Bukhari (manaqib: 3648) dengan redaksi:
50- أَخْرَجَ الْبُخَارِى (3648) حَدَّثَنِي أَحْمَدُ أَوْ مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِاللَّهِ الْغُدَانِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ أَخْبَرَنَا أَبُو عُمَيْسٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَإِذَا أُنَاسٌ مِنَ الْيَهُودِ يُعَظِّمُونَ عَاشُورَاءَ وَيَصُومُونَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ أَحَقُّ بِصَوْمِهِ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ
Abu Musa al Asy’ari berkata: Ketika Nabi saw, sampai di kota Madinah, beliau mendapati orang Yahudi mengagungkan dan mempuasai hari Asyura, maka Nabi saw, bersabda: Kami lebih pantas untuk mempuasainya dan beliau memerintah umat untuk mempuasainya.
Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1912) dengan redaksi:
51- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1912) و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالاَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ أَبِي عُمَيْسٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَتَتَّخِذُهُ عِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوهُ أَنْتُمْ
Abu Musa al Asy’ari berkata: Hari Asyura dijadikan hari raya oleh Yahudi maka Nabi saw, bersabda: Berpuasalah kalian.
Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1913) dengan redaksi:
52- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1913) و حَدَّثَنَاه أَحْمَدُ بْنُ الْمُنْذِرِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ حَدَّثَنَا أَبُو الْعُمَيْسِ أَخْبَرَنِي قَيْسٌ فَذَكَرَ بِهَذَا الاِسْنَادِ مِثْلَهُ وَزَادَ قَالَ أَبُو أُسَامَةَ فَحَدَّثَنِي صَدَقَةُ بْنُ أَبِي عِمْرَانَ عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ أَهْلُ خَيْبَرَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ يَتَّخِذُونَهُ عِيدًا وَيُلْبِسُونَ نِسَاءَهُمْ فِيهِ حُلِيَّهُمْ وَشَارَتَهُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصُومُوهُ أَنْتُمْ
Hadis serupa di atas juga diriwayatkan oleh Ahmad ibn Mundzir dari Hamad ibn Usamah dari Abu al Umais dari Qais (dengan mata rantai perawi yang sama). Dalam periwayatan Abu Usamah (dari Abu Musa) ada tambahan: Penduduk Khaibar berpuasa Asyura, mereka menjadikan hari itu hari raya, para wanitanya berhias emas, maka Nabi saw, bersabda: Berpuasalah kalian.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad kufiyyin: 18838) dengan redaksi:
53- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (18838) حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنِي أَبُو الْعُمَيْسِ عَن قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَن طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَن أَبِي مُوسَى قَالَ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تَصُومُهُ الْيَهُودُ تَتَّخِذُهُ عِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوهُ أَنْتُمْ
Abu Musa al Asy’ari berkata: Hari Asyura dijadikan hari raya oleh Yahudi maka Nabi saw, bersabda: Berpuasalah kalian.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad kufiyyin: 18889) dengan redaksi:
54- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (18889) حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ ثَنَا أَبُو لَيْلَى عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَيْسَرَةَ عَن مَزِيدَةَ بْنِ جَابِرٍ قَالَ قَالَتْ أُمِّي كُنْتُ فِي مَسْجِدِ الْكُوفَةِ فِي خِلاَفَةِ عُثْمَانَ رَضِي اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ وَعَلَيْنَا أَبُو مُوسَى الاَشْعَرِيُّ قَالَ فَسَمِعَتْهُ يَقُولُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصَوْمِ عَاشُورَاءَ فَصُومُوا
Abu Musa al Asy’ari berkata: Nabi saw, memerintah umat berpuasa Asyura, maka umat melaksanakannya.
Ketujuh, hadis riwayat Jabir ibn Samurah yang dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1908); Ahmad (musnad bashriyyin: 20003, 20100).
Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1908) dengan redaksi:
55- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1908) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا شَيْبَانُ عَنْ أَشْعَثَ بْنِ أَبِي الشَّعْثَاءِ عَنْ جَعْفَرِ ابْنِ أَبِي ثَوْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ وَيَحُثُّنَا عَلَيْهِ وَيَتَعَاهَدُنَا عِنْدَهُ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ لَمْ يَأْمُرْنَا وَلَمْ يَنْهَنَا وَلَمْ يَتَعَاهَدْنَا عِنْدَهُ
Jabir ibn Samurah berkata: Nabi saw, sangat memerintah kami berpuasa Asyura, ketika puasa Ramadhan difardhukan maka beliau tidak lagi memerintah dan juga tidak melarangnya.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad bashriyyin: 20003) dengan redaksi:
56- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (20003) حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ أُرَاهُ عَنْ أَشْعَثَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي ثَوْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا بِصِيَامِ عَاشُورَاءَ وَيَحُثُّنَا عَلَيْهِ وَيَتَعَاهَدُنَا عِنْدَهُ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ لَمْ يَأْمُرْنَا وَلَمْ يَنْهَنَا عَنْهُ وَلَمْ يَتَعَاهَدْنَا عِنْدَهُ
Jabir ibn Samurah berkata: Nabi saw, sangat memerintah kami berpuasa Asyura, ketika puasa Ramadhan difardhukan maka beliau tidak lagi memerintah dan juga tidak melarangnya.

Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad bashriyyin: 20100) dengan redaksi:
57- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (20100) حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنِ الاَشْعَثِ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي ثَوْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِصِيَامِ عَاشُورَاءَ وَيَحُثُّنَا عَلَيْهِ وَيَتَعَاهَدُنَا عِنْدَهُ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ لَمْ يَأْمُرْنَا بِهِ وَلَمْ يَنْهَنَا عَنْهُ وَلَمْ يَتَعَاهَدْنَا عِنْدَهُ
Jabir ibn Samurah berkata: Nabi saw, sangat memerintah kami berpuasa Asyura, ketika puasa Ramadhan difardhukan maka beliau tidak lagi memerintah dan juga tidak melarangnya.

Kedelapan, hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1976, 1977); Abu Daud (shaum: 2071); Ahmad (baqi musnad anshar: 21492, 21572).
Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1976) dengan redaksi:
58- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1976) و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ جَمِيعًا عَنْ حَمَّادٍ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ غَيْلاَنَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَجُلٌ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَيْفَ تَصُومُ فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَأَى عُمَرُ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ غَضَبَهُ قَالَ رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالاِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ غَضَبِ اللَّهِ وَغَضَبِ رَسُولِهِ فَجَعَلَ عُمَرُ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ يُرَدِّدُ هَذَا الْكَلاَمَ حَتَّى سَكَنَ غَضَبُهُ فَقَالَ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ الدَّهْرَ كُلَّهُ قَالَ لاَ صَامَ وَلاَ أَفْطَرَ أَوْ قَالَ لَمْ يَصُمْ وَلَمْ يُفْطِرْ قَالَ كَيْفَ مَنْ يَصُومُ يَوْمَيْنِ وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ وَيُطِيقُ ذَلِكَ أَحَدٌ قَالَ كَيْفَ مَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ ذَاكَ صَوْمُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَم قَالَ كَيْفَ مَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمَيْنِ قَالَ وَدِدْتُ أَنِّي طُوِّقْتُ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثٌ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ فَهَذَا صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Abu Qatadah berkata: Seseorang menghadap kepada Nabi seraya berkata: Bagaimana tuan berpuasa. Nabi pun marah. Ketika Umar melihat tanpak kemarahan itu pada wajah Nabi, ia berkata: Kami rela Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai agama kami dan Muhammad adalah Nabi kami. Kami berlindung kepada Allah dari murka Allah dan Nabi-Nya. Kemudian Umar terus mengulang ucapan tersebut sehingga kemarahan Nabi meredah. Umar berkata: Wahai Nabi, bagaimana dengan orang yang berpuasa setahun terus menerus? Nabi bersabda, tidak ada puasa terus menerus dan tidak ada berpuasa terus menerus atau ucapan beliau dia tidak berpuasa dan tidak berbuka. Umar bertanya lagi: Bagaimana dengan orang yang berpuasa dua hari dan tidak berpuasa satu hari. Nabi saw, bersabda: Orang mampu melaksanakannya. Umar berkata lagi: Bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari. Nabi saw, bersabda: Itu adalah puasa Daud. Umar berkata lagi: Bagaimana dengan orang yang berpuasa satu hari dan tidak berpuasa dua hari. Nabi saw, bersabda: Saya berharap mampu melaksanakannya. Kemudian Nabi saw, bersabda: Puasa tiga hari setiap bulan, puasa Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya sama halnya puasa setahun penuh, puasa Arafah (saya menduga) dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan sesudahnya dan puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya.
Dikeluarkan oleh Muslim (shiyam: 1977) dengan redaksi:
59- أَخْرَجَ مُسْلِمٌ (1977) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لاَبْنِ الْمُثَنَّى قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ غَيْلاَنَ بْنِ جَرِيرٍ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيَّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الاَنْصَارِيِّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِهِ قَالَ فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عُمَرُ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالاِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاَ وَبِبَيْعَتِنَا بَيْعَةً قَالَ فَسُئِلَ عَنْ صِيَامِ الدَّهْرِ فَقَالَ لاَ صَامَ وَلاَ أَفْطَرَ أَوْ مَا صَامَ وَمَا أَفْطَرَ قَالَ فَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمَيْنِ وَإِفْطَارِ يَوْمٍ قَالَ وَمَنْ يُطِيقُ ذَلِكَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمٍ وَإِفْطَارِ يَوْمَيْنِ قَالَ لَيْتَ أَنَّ اللَّهَ قَوَّانَا لِذَلِكَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمٍ وَإِفْطَارِ يَوْمٍ قَالَ ذَاكَ صَوْمُ أَخِي دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَم قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الاَثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ قَالَ فَقَالَ صَوْمُ ثَلاَثَةٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانَ إِلَى رَمَضَانَ صَوْمُ الدَّهْرِ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ مِنْ رِوَايَةِ شُعْبَةَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الاَثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَسَكَتْنَا عَنْ ذِكْرِ الْخَمِيسِ لَمَّا نُرَاهُ وَهْمًا و حَدَّثَنَاه عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا النَّضْرُ بْنُ شُمَيْلٍ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ بِهَذَا الاِسْنَادِ و حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ حَدَّثَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلاَلٍ حَدَّثَنَا أَبَانُ الْعَطَّارُ حَدَّثَنَا غَيْلاَنُ بْنُ جَرِيرٍ فِي هَذَا الاِسْنَادِ بِمِثْلِ حَدِيثِ شُعْبَةَ غَيْرَ أَنَّهُ ذَكَرَ فِيهِ الاَثْنَيْنِ وَلَمْ يَذْكُرِ الْخَمِيسَ
Abu Qatadah berkata: Seseorang menghadap kepada Nabi seraya berkata: Bagaimana tuan berpuasa. Nabi pun marah. Ketika Umar melihat tanpak kemarahan itu pada wajah Nabi, ia berkata: Kami rela Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai agama kami dan Muhammad adalah Nabi kami. Kami berlindung kepada Allah dari murka Allah dan Nabi-Nya. Kemudian Umar terus mengulang ucapan tersebut sehingga kemarahan Nabi meredah. Nabi ditanya, bagaimana dengan orang yang berpuasa setahun terus menerus? Nabi bersabda, tidak ada puasa terus menerus dan tidak ada berpuasa terus menerus atau ucapan beliau dia tidak berpuasa dan tidak berbuka. Nabi ditanya lagi: Bagaimana dengan orang yang berpuasa dua hari dan tidak berpuasa satu hari. Nabi saw, bersabda: Orang mampu melaksanakannya. Nabi ditanya lagi: Bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari. Nabi saw, bersabda: Itu adalah puasa Daud. Nabi ditanya lagi: Bagaimana dengan orang yang berpuasa hari Senin? Nabi bersabda: Itu adalah hari saya dilahirkan, saya diutus dan hari pertama saya mendapatkan wahyu. Puasa tiga hari setiap bulan, puasa Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya sama halnya puasa setahun penuh. Nabi ditanya perihal puasa Arafah (saya menduga) dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan sesudahnya dan ditanya perihal puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya.
Dikeluarkan oleh Abu Daud (shaum: 2071) dengan redaksi:
60- أَخْرَجَ أَبُوْ دَاوُدَ (2071) حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ وَمُسَدَّدٌ قَالاَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ غَيْلاَنَ بْنِ جَرِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ رَجُلاَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَصُومُ فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَوْلِهِ فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ عُمَرُ قَالَ رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالاَسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ غَضَبِ اللَّهِ وَمِنْ غَضَبِ رَسُولِهِ فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَدِّدُهَا حَتَّى سَكَنَ غَضَبُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ الدَّهْرَ كُلَّهُ قَالَ لاَ صَامَ وَلاَ أَفْطَرَ قَالَ مُسَدَّدٌ لَمْ يَصُمْ وَلَمْ يُفْطِرْ أَوْ مَا صَامَ وَلاَ أَفْطَرَ شَكَّ غَيْلاَنُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ يَوْمَيْنِ وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ أَوَ يُطِيقُ ذَلِكَ أَحَدٌ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ ذَلِكَ صَوْمُ دَاوُدَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمَيْنِ قَالَ وَدِدْتُ أَنِّي طُوِّقْتُ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثٌ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ فَهَذَا صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ وَصِيَامُ عَرَفَةَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصَوْمُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا مَهْدِيٌّ حَدَّثَنَا غَيْلاَنُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بِهَذَا الْحَدِيثِ زَادَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ صَوْمَ يَوْمِ الاَثْنَيْنِ وَيَوْمِ الْخَمِيسِ قَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ الْقُرْآنُ
Abu Qatadah berkata: Seseorang menghadap kepada Nabi seraya berkata: Bagaimana tuan berpuasa. Nabi pun marah. Ketika Umar melihat tanpak kemarahan itu pada wajah Nabi, ia berkata: Kami rela Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai agama kami dan Muhammad adalah Nabi kami. Kami berlindung kepada Allah dari murka Allah dan Nabi-Nya. Kemudian Umar terus mengulang ucapan tersebut sehingga kemarahan Nabi meredah. Umar berkata: Wahai Nabi, bagaimana dengan orang yang berpuasa setahun terus menerus? Nabi bersabda, tidak ada puasa terus menerus dan tidak ada berpuasa terus menerus . (Menurut riwayat Musaddad) dia tidak berpuasa dan tidak berbuka. Umar bertanya lagi: Bagaimana dengan orang yang berpuasa dua hari dan tidak berpuasa satu hari. Nabi saw, bersabda: Orang mampu melaksanakannya. Umar berkata lagi: Bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari. Nabi saw, bersabda: Itu adalah puasa Daud. Umar berkata lagi: Bagaimana dengan orang yang berpuasa satu hari dan tidak berpuasa dua hari. Nabi saw, bersabda: Saya berharap mampu melaksanakannya. Kemudian Nabi saw, bersabda: Puasa tiga hari setiap bulan, puasa Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya sama halnya puasa setahun penuh, puasa Arafah (saya menduga) dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan sesudahnya dan puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya.

Dikeluarkan oleh Ahmad (baqi musnad anshar: 21492) dengan redaksi:
61- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (21492) حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ سَمِعْنَاهُ مِنْ دَاوُدَ بْنِ شَابُورَ عَنْ أَبِي قَزْعَةَ عَنْ أَبِي الْخَلِيلِ عَنْ أَبِي حَرْمَلَةَ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ صِيَامُ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ وَالَّتِي تَلِيهَا وَصِيَامُ عَاشُورَاءَ يُكَفِّرُ سَنَةً لَمْ يَرْفَعْهُ لَنَا سُفْيَانُ وَهُوَ مَرْفُوعٌ حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ فَقَالَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Abu Qatadah berkata: Puasa Arafah menghapuskan dosa satu tahun sesudahnya dan puasa Asyura menghapuskan dosa satu tahun. Hadis ini tidak dirafa’kan (dinisbatkan kepada Nabi dalam periwayatan Sufyan), padahal hadis ini marfu’ (dinisbatkan kepada Nabi), yakni dari Abdullah dari Nashar ibn Ali dari Sufyan dari Nabi saw.

Dikeluarkan oleh Ahmad (baqi musnad anshar: 21572) dengan redaksi:
62- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (21572) حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا غَيْلاَنُ بْنُ جَرِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ لَهُ رَجُلٌ أَرَأَيْتَ صِيَامَ عَرَفَةَ قَالَ أَحْتَسِبُ عِنْدَ اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ صَوْمَ عَاشُورَاءَ قَالَ أَحْتَسِبُ عِنْدَ اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ
Dari Abu Qatadah, Nabi saw, ditanya perihal seseorang berpuasa Arafah, Nabi bersabda: Puasa itu menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahuh sesudahnya. Nabi ditanya lagi, bagaimana dengan orang yang berpuasa Asyura, Nabi bersabda: Puasa Asyura menghapuskan dosa satu tahun.

Kesembilan, hadis yang diriwayatkan Muhammad ibn Shaifi yang dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2281); Ibn Majah (shiyam: 1725); Ahmad (musnad kufiyyin: 18632).
Dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2281) dengan redaksi:
63- أَخْرَجَ النَّسَائِى (2281) أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يُونُسَ أَبُو حَصِينٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْثَرٌ قَالَ حَدَّثَنَا حُصَيْنٌ عَنِ الشَّعْبِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ صَيْفِيٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ أَمِنْكُمْ أَحَدٌ أَكَلَ الْيَوْمَ فَقَالُوا مِنَّا مَنْ صَامَ وَمِنَّا مَنْ لَمْ يَصُمْ قَالَ فَأَتِمُّوا بَقِيَّةَ يَوْمِكُمْ وَابْعَثُوا إِلَى أَهْلِ الْعَرُوضِ فَلْيُتِمُّوا بَقِيَّةَ يَوْمِهِمْ
Muhammad ibn Shaifi berkata: Di hari Asyura Nabi saw, bersabda: Apakah ada di antara kalian yang berpuasa? Umat berkata: Di antara kami ada yang berpuasa dan di antara kami ada juga yang tidak berpuasa. Nabi saw, bersabda: Berpuasalah untuk sisa harimu, beritahukan kepada orang yang sudah bersantap makan agar sisa harinya mempuasainya.
Dikeluarkan oleh Ibn Majah (shiyam: 1725) dengan redaksi:
64- أَخْرَجَ ابْنُ مَاجَهْ (1725) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ حُصَيْنٍ عَنِ الشَّعْبِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ صَيْفِيٍّ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنْكُمْ أَحَدٌ طَعِمَ الْيَوْمَ قُلْنَا مِنَّا طَعِمَ وَمِنَّا مَنْ لَمْ يَطْعَمْ قَالَ فَأَتِمُّوا بَقِيَّةَ يَوْمِكُمْ مَنْ كَانَ طَعِمَ وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْ فَأَرْسِلُوا إِلَى أَهْلِ الْعَرُوضِ فَلْيُتِمُّوا بَقِيَّةَ يَوْمِهِمْ قَالَ يَعْنِي أَهْلَ الْعَرُوضِ حَوْلَ الْمَدِينَةِ
Muhammad ibn Shaifi berkata: Di hari Asyura Nabi saw, bersabda: Apakah ada di antara kalian yang berpuasa? Umat berkata: Di antara kami ada yang berpuasa dan di antara kami ada juga yang tidak berpuasa. Nabi saw, bersabda: Berpuasalah untuk sisa harimu, beritahukan kepada orang yang sudah bersantap makan agar sisa harinya mempuasainya.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad kufiyyin: 18632) dengan redaksi:
65- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (18632) حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا حُصَيْنٌ عَنِ الشَّعْبِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ صَيْفِيٍّ الاَنْصَارىِّ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ أَصُمْتُمْ يَوْمَكُمْ هَذَا فَقَالَ بَعْضُهُمْ نَعَمْ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لاَ قَالَ فَأَتِمُّوا بَقِيَّةَ يَوْمِكُمْ هَذَا وَأَمَرَهُمْ أَنْ يُؤْذِنُوا أَهْلَ الْعَرُوضِ أَنْ يُتِمُّوا يَوْمَهُمْ ذَلِكَ
Muhammad ibn Shaifi berkata: Di hari Asyura Nabi saw, bersabda: Apakah ada di antara kalian yang berpuasa? Umat berkata: Di antara kami ada yang berpuasa dan di antara kami ada juga yang tidak berpuasa. Nabi saw, bersabda: Berpuasalah untuk sisa harimu, beritahukan kepada orang yang sudah bersantap makan agar sisa harinya mempuasainya.
Kesepuluh, hadis riwayat Hafshah yang dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2373, 2332, 2374, 2375).
Dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2373) dengan redaksi:
66- أَخْرَجَ النَّسَائِى (2373) أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي النَّضْرِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو النَّضْرِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَقَ الاَشْجَعِيُّ كُوفِيٌّ عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ الْمُلاَئِيِّ عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
Hafshah berkata: Empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi, yaitu puasa Asyura, puasa hari kesepuluh di bulan Dzul Hijjah, puasa tiga hari setiap bulan dan dua raka’at sebelum Fajar.
Dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2332) dengan redaksi:
67- أَخْرَجَ النَّسَائِى (2332) أَخْبَرَنِي زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنِ الْحُرِّ بْنِ صَيَّاحٍ عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنِ امْرَأَتِهِ قَالَتْ حَدَّثَتْنِي بَعْضُ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَتِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ
Dari Hunaidah ibn Khalid dari istrinya dari salah satu istri Nabi (Hafshah): Nabi saw, berpuasa Asyura, puasa tanggal sembilan Dzul Hijjah, puasa tiga hari setiap bulan (Senin pertama sampai Kamis).
Dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2374) dengan redaksi:
68- أَخْرَجَ النَّسَائِى (2374) أَخْبَرَنِي أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى عَنْ أَبِي نُعَيْمٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنِ امْرَأَتِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ
Dari Hunaidah ibn Khalid dari istrinya dari salah satu istri Nabi (Hafshah): Nabi saw, berpuasa Asyura, puasa tanggal sembilan Dzul Hijjah, puasa tiga hari setiap bulan (Senin pertama sampai Kamis).
Dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2375) dengan redaksi:
69- أَخْرَجَ النَّسَائِى (2375) أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي صَفْوَانَ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّيَّاحِ عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنِ امْرَأَتِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ الْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ
Dari Hunaidah ibn Khalid dari istrinya dari salah satu istri Nabi (Hafshah): Nabi saw, berpuasa Asyura, puasa tanggal sembilan Dzul Hijjah, puasa tiga hari setiap bulan (Senin pertama sampai Kamis).
Kesebelas, hadis riwayat Qais ibn Sa’ad ibn Ubadah yang dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2459, 2460).
Dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2459) dengan redaksi:
70- أَخْرَجَ النَّسَائِى (2459) أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مَسْعُودٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ أَنْبَأَنَا شُعْبَةُ عَنِ الْحَكَمِ بْنِ عُتَيْبَةَ عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُخَيْمِرَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ قَيْسِ بْنِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ قَالَ كُنَّا نَصُومُ عَاشُورَاءَ وَنُؤَدِّي زَكَاةَ الْفِطْرِ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ وَنَزَلَتِ الزَّكَاةُ لَمْ نُؤْمَرْ بِهِ وَلَمْ نُنْهَ عَنْهُ وَكُنَّا نَفْعَلُهُ
Qais ibn Sa’ad ibn Ubadah berkata: Kami melaksanakan puasa Asyura dan mengeluarkan zakat fitrah. Ketika difardhukan puasa Ramadhan dan syari’at zakat fitrah maka kami tidak lagi diperintah Nabi dan tidak pula dilarang, namun kami tetap menjalankannya.
Dikeluarkan oleh Nasai (shiyam: 2460) dengan redaksi:
71- أَخْرَجَ النَّسَائِى (2460) أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ قَالَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُخَيْمِرَةَ عَنْ أَبِي عَمَّارٍ الْهَمْدَانِيِّ عَنْ قَيْسِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَدَقَةِ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ تَنْزِلَ الزَّكَاةُ فَلَمَّا نَزَلَتِ الزَّكَاةُ لَمْ يَأْمُرْنَا وَلَمْ يَنْهَنَا وَنَحْنُ نَفْعَلُهُ قَالَ أَبُو عَبْد الرَّحْمَنِ أَبُو عَمَّارٍ اسْمُهُ عَرِيبُ بْنُ حُمَيْدٍ وَعَمْرُو بْنُ شُرَحْبِيلَ يُكْنَى أَبَا مَيْسَرَةَ وَسَلَمَةُ بْنُ كُهَيْلٍ خَالَفَ الْحَكَمَ فِي إِسْنَادِهِ وَالْحَكَمُ أَثْبَتُ مِنْ سَلَمَةَ ابْنِ كُهَيْلٍ
Qais ibn Sa’ad berkata: Kami diperintah Nabi untuk puasa Asyura sebelum diturunkan syari’at zakat fitrah. Ketika syari’at zakat fitrah diturunkan, kami tidak lagi diperintah dan juga tidak dilarang, namun kami tetap menjalankannya.
Keduabelas, hadis riwayat Ali ibn Abi Thalib yang dikeluarkan oleh Ahmad (musnad asyrah mubassyarin bil jannah: 1016) dengan redaksi:
72- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (1016) حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ عَنْ جَابِرٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَلِيٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَيَأْمُرُ بِهِ
Ali ibn Abu Thalib berkata: Nabi saw, melaksanakan puasa Asyura dan memerintah umat untuk turut mempuasainya.
Ketigabelas, hadis riwayat Abu Hurairah yang dikeluarkan oleh Ahmad (musnad muktsirin: 8359) dengan redaksi:
73- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (8359) حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ حَبِيبٍ الاَزْدِيُّ عَنْ أَبِيهِ حَبِيبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ شُبَيْلٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَائِمًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لاِصْحَابِهِ مَنْ كَانَ أَصْبَحَ مِنْكُمْ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ وَمَنْ كَانَ أَصَابَ مِنْ غَدَاءِ أَهْلِهِ فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ
Abu Hurairah berkata: Nabi saw, melaksanakan puasa Asyura dan mengatakan kepada para sahabat: Barangsiapa di pagi hari ini berpuasa supaya menyempurnakannya dan barangsiapa sudah makan maka untuk berpuasa pada sisa harinya.
Keempatbelas, hadis riwayat Hindi ibn Asma’ yang dikeluarkan oleh Ahmad (musnad makkiiyyin: 15396, 15397, 16117).
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad makkiiyyin: 15396) dengan redaksi:
74- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (15396) حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ حَبِيبِ بْنِ هِنْدِ بْنِ أَسْمَاءَ الاَسْلَمِيِّ عَنْ هِنْدِ بْنِ أَسْمَاءَ قَالَ بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى قَوْمِي مِنْ أَسْلَمَ فَقَالَ مُرْ قَوْمَكَ فَلْيَصُومُوا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ وَجَدْتَهُ مِنْهُمْ قَدْ أَكَلَ فِي أَوَّلِ يَوْمِهِ فَلْيَصُمْ آخِرَهُ
Hindi ibn Asma’ berkata: Saya diutus oleh Nabi untuk menghadap kaum Aslam, sabdanya: Perintahkan umatmu untuk berpuasa Asyura. Sekiranya anda dapati di antara mereka sudah makan di pagi harinya supaya melanjutkan puasa di sisa harinya.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad makkiiyyin: 15397) dengan redaksi:
75- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (15397) قَالَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ حَرْمَلَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ هِنْدِ بْنِ حَارِثَةَ وَكَانَ هِنْدٌ مِنْ أَصْحَابِ الْحُدَيْبِيَةِ وَأَخُوهُ الَّذِي بَعَثَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ قَوْمَهُ بِصِيَامِ عَاشُورَاءَ وَهُوَ أَسْمَاءُ بْنُ حَارِثَةَ فَحَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ هِنْدٍ عَنْ أَسْمَاءَ بْنِ حَارِثَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَهُ فَقَالَ مُرْ قَوْمَكَ بِصِيَامِ هَذَا الْيَوْمِ قَالَ أَرَأَيْتَ إِنْ وَجَدْتُهُمْ قَدْ طَعِمُوا قَالَ فَلْيُتِمُّوا آخِرَ يَوْمِهِمْ
Hindi ibn Asma’ berkata: Saya diutus oleh Nabi untuk menghadap kaum Aslam, sabdanya: Perintahkan umatmu untuk berpuasa Asyura. Sekiranya anda dapati di antara mereka sudah makan di pagi harinya supaya melanjutkan puasa di sisa harinya.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad makkiiyyin: 16117) dengan redaksi:
76- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (16117) حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الْمُقَدَّمِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو مَعْشَرٍ الْبَرَاءُ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ حَرْمَلَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ هِنْدِ بْنِ حَارِثَةَ عَنْ أَبِيهِ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْحُدَيْبِيَةِ وَأَخُوهُ الَّذِي بَعَثَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ قَوْمَهُ بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ وَهُوَ أَسْمَاءُ بْنُ حَارِثَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَهُ فَقَالَ مُرْ قَوْمَكَ فَلْيَصُومُوا هَذَا الْيَوْمَ قَالَ أَرَأَيْتَ إِنْ وَجَدْتُهُمْ قَدْ طَعِمُوا قَالَ فَلْيُتِمُّوا بَقِيَّةَ يَوْمِهِمْ
Hindi ibn Asma’ berkata: Saya diutus oleh Nabi untuk menghadap kaum Aslam, sabdanya: Perintahkan umatmu untuk berpuasa Asyura. Sekiranya anda dapati di antara mereka sudah makan di pagi harinya supaya melanjutkan puasa di sisa harinya.
Kelimabelas, hadis riwayat Jabir ibn Abdullah yang dikeluarkan oleh Ahmad (musnad muktsirin: 14136, 14231).
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad muktsirin: 14136) dengan redaksi:
77- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (14136) حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ أَخْبَرَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ أَنَّهُ قَالَ أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَوْمِ عَاشُورَاءَ أَنْ نَصُومَهُ وَقَالَ هُوَ يَوْمٌ كَانَتِ الْيَهُودُ تَصُومُهُ
Jabir ibn Abdullah berkata: Nabi saw, memerintah kami untuk berpuasa Asyura. Katanya: Itu adalah hari yang dipuasai oleh Yahudi.
Dikeluarkan oleh Ahmad (musnad muktsirin: 14231) dengan redaksi:
78- أَخْرَجَ أَحْمَدُ (14231) حَدَّثَنَا مُوسَى حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ أَنَّهُ قَالَ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَوْمِ عَاشُورَاءَ أَنْ نَصُومَهُ
Jabir ibn Abdullah berkata: Nabi saw, memerintah kami untuk berpuasa Asyura.


Analisis
Hadis riwayat Ibn Abbas di atas telah dikodifikasi oleh para ulama dari berbagai sanad (mata rantai perawi. Semua perawi hadis ini tidak ada yang bermasalah baik dalam tinjauan kridibilitasnya maupun kecermatannya dalam periwayatan hadis, mereka semua ada pada peringkat pertama, kedua dan ketiga yang tidak perlu diragukan. Maka hadis dalam tinjauan sanadnya jelas merupakan hadis shahih.
Permasalahan yang dikritisi selanjutnya adalah pada sisi validitasnya. Berikut ini penulis nukilkan paparan Jalaluddin Rahmat dengan sedikit perubahan redaksi: Pada tanggal sepuluh Muharram, banyak Muslim yang saleh melakukan puasa Asyura (Asyura artinya tanggal sepuluh Muharram). Mereka ingin mencontoh Rasulullah saw, yang berpuasa pada hari itu. Saya kutipkan salah satu hadis tentang puasa Asyura dari Shahih Bukhari. “Dari Ibn Abbas, ketika Nabi Muhammad saw, tiba di Madinah beliau melihat orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Nabi saw, bertanya: Hari apakah ini? Orang-orang Yahudi berkata: Ini hari yang baik. Pada hari inilah Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka. Maka Musa berpuasa pada hari itu. Nabi saw, berkata: Saya lebih berhak mengikuti Musa daripada kalian. Maka Nabi pun melakukan puasa dan menyuruh para sahabat untuk melakukannya juga”.
Bukhari menyatakan hadis ini shahih. Tetapi marilah kita teliti dengan ilmu hadis dan kritik historis. Segera kita menemukan beberapa hal yang janggal.
Pertama, sahabat yang meriwayatkan peristiwa ini adalah Abdullah ibn Abbas. Menurut para penulis biografinya, Ibn Abbas lahir tiga tahun sebelum hijrah. Ia hijrah ke Madinah pada tahun ketujuh hijrah. Jadi ketika Nabi saw, tiba di Madinah, Ibn Abbas masih di Makkah dan belum menyelesaikan masa balita-nya. Dari mana Ibn Abbas mengetahui peristiwa itu? Mungkin dari sahabat Nabi yang lain, tetapi ia tidak menyebutkan siapa sahabat Nabi itu. Ia menyembunyikan sumber berita, sehingga seakan-akan ia menyaksikan sendiri peristiwa itu. Dalam ilmu hadis, perilaku seperti itu disebut tadlis (pelakunya disebut mudallis).
Kedua, bandingkan riwayat ini dengan riwayat-riwayat yang lain dari Ibn Abbas. Menurut Muslim, Nabi diriwayatkan bermaksud puasa pada hari Asyura tetapi tidak kesampaian, beliau keburu meninggal dunia. Masih menurut Muslim, dan juga dari Ibn Abbas, Nabi saw, sempat melakukannya setahun sebelum beliau wafat. Bila kita bandingkan riwayat Ibn Abbas ini dengan riwayat-riwayat dari sahabat-sahabat Nabi yang lain, kita akan menemukan lebih banyak lagi pertentangan. Menurut siti Aisyah, Nabi sudah melakukan puasa Asyura sejak zaman jahiliah. Nabi meninggalkan puasa Asyura setelah turun perintah puasa Ramadhan (Shahih Bukhari). Menurut Mu’awiyah, Nabi saw, memerintahkan puasa Asyura pada waktu haji Wada’ (Shahih Bukhari).
Ketiga, Nabi saw, menemukan orang Yahudi berpuasa Asyura ketika beliau tiba di Madinah. Semua ahli sejarah sepakat Nabi tiba di Madinah pada bulan Rabi’ul Awal. Bagaimana mungkin orang berpuasa sepuluh Muharram pada tanggal dua belas Rabi’ul Awwal? Mungkinkah orang shalat Jum’at di hari Senin?.
Keempat, Nabi saw, diriwayatkan meniru tradisi Yahudi untuk melakukan puasa Asyura. Bukankah Nabi berulang-ulang mengingatkan umatnya untuk tidak meniru tradisi Yahudi dan Nasrani? “Bedakan dirimu dari orang Yahudi”, kata Rasulullah saw. Begitu seringnya Nabi saw, mengingatkan umat Islam waktu itu untuk membedakan dengan Yahudi, sampai seorang Yahudi berkata: Lelaki ini (maksudnya Muhammad) tidak ingin membiarkan satu pun tradisi kita yang tidak ditentangnya. (Lihat Sirah al-Halabiyah, 2/115).
Kelima, bila kita mempelajari ilmu perbandingan agama, kita tidak akan menemukan tradisi puasa Asyura pada agama Yahudi. Puasa Asyura hanya dikenal oleh sebagian umat Islam, berdasarkan riwayat yang otentisitas dan validitasnya kita ragukan itu.
Berdasarkan penelitian di atas, banyak di antara kita setia menjalankan sunnah Rasulullah yang tidak benar. Bila penelitian historis ini kita lanjutkan, kita akan menemukan bahwa puasa Asyura adalah hasil rekayasa politik bani Umayyah. Yazid ibn Mu’awiyah berhasil membantai keluarga Rasulullah saw, di Karbela pada tanggal sepuluh Muharram. Bagi para pengikut keluarga Nabi, hari itu adalah hari duka cita, hari berkabung, bukan hari bersyukur. Bani Umayyah menjadikan hari itu hari bersyukur. Salah satu ungkapan syukurnya ialah menjalankan puasa. Di samping riwayat-riwayat di atas, ditambahkan juga riwayat-riwayat lain. Konon, pada tanggal sepuluh Muharram Allah menyelamatkan Musa dari kejaran Fir’aun, menyelamatkan Nuh dari air bah, menyelamatkan Ibrahim dari api Namrud dan sebagainaya. (Lihat Islam Aktual, Bandung: Mizan, 1994, p. 166-168).
Sebelum penulis memberikan bandingan terhadap tulisan di atas maka penulis mencoba memformat pokok-pokok pikiran tersebut sebagai berikut:
1. Sanad (mata rantai perawi) hadis Abdullah ibn Abbas terputus, yakni antara Ibn Abbas dan Nabi, karena tidak mungkin Ibn Abbas yang masih balita dan tidak ikut hijrah bersama Nabi dapat menceritakan kisah hijrah.
2. Pada periwayatan hadis Ibn Abbas terjadi al tadlis (penyembunyian identitas guru) dan pelakunya (Ibn Abbas) dinilai mudallis.
3. Terjadi kontradiksi antara hadis Ibn Abbas dengan riwayat Ibn Abbas lainnya yang isinya bahwa Nabi hanya bermaksud puasa Asyura tetapi tidak kesampaian, beliau keburu meninggal dunia.
4. Terjadi kontradiksi antara hadis Ibn Abbas dengan riwayat Ibn Abbas lainnya bahwa Nabi sempat melakukannya setahun sebelum beliau meninggal dunia.
5. Terjadi kontradiksi antara hadis Ibn Abbas dengan riwayat Aisyah bahwa Nabi sudah melakukan puasa Asyura sejak zaman jahiliah dan meninggalkannya setelah turun perintah puasa Ramadhan.
6. Terjadi kontradiksi antara hadis Ibn Abbas dengan riwayat Mu’awiyah bahwa Nabi memerintah puasa Asyura pada waktu haji Wada’.
7. Hadis Ibn Abbas tidak faktual, karena kehadiran Nabi di Madinah pada bulan Rabi’ul Awwal, bukan pada bulan Muharram (Asyura).
8. Perintah puasa Asyura versi Ibn Abbas tidak sejalan dengan larangan Nabi kepada umatnya untuk membedakan tradisi dengan golongan Yahudi. Hadis ini juga tidak faktual, karena tidak pernah ditemukan doktrin puasa Asyura pada tradisi Yahudi itu sendiri.
9. Puasa Asyura tidak lebih dari rekayasa Yazid ibn Mu’awiyah sebagai rasa syukur setelah membantai keluarga Nabi dalam perang Karbela.
Untuk memberikan penjelasan terhadap subuhat-subuhat di atas, maka penulis akan menguraikannya secara berurutan sesuai dengan format yang penulis lakukan sehingga dapat dicermati secara seksama.
Pertama, memang seakan-akan terputus mata rantai perawi antara Ibn Abbas dan Nabi, hal ini karena menurut logika memang tidak mungkin Ibn Abbas yang masih balita dan tidak mengikuti hijrah dapat mengkisahkan peristiwa hijrah Nabi, namun harus dingat bahwa Ibn Abbas dapat menceritakan kisah hijrah Nabi lewat informasi sesama sahabat yang mengikuti hijrah Nabi, sehingga dalam ilmu hadis disebut mursal al shahabi, ulama sepakat hukumnya shahih. Barangkali teori ini yang tidak difahaminya. Penulis mendapatkan data lain bahwa guru langsung Ibn Abbas adalah Nabi sandiri. Ketika Ibn Abbas hijrah ke Madinah, ia menyaksikan Nabi sedang melaksanakan puasa Asyura yang menurut pemahaman Ibn Abbas puasa itu merupakan tradisi Yahudi. Maka sejak itulah Nabi menceritakan asal usul puasa Asyura yang akhirnya diredaksikan oleh Ibn Abbas. Dengan demikian sanad (mata rantai perawi) hadis ini bersambung.
Kedua, tuduhan terhadap Ibn Abbas sebagai mudallis (menyamarkan identitas guru) jelas bukan pada tempatnya. Sebab periwayatan sesama sahabat begitu banyak, walaupun yang seorang tidak menerima langsung dari Nabi, melainkan hanya menerima dari sahabatnya namun periwayatannya menggunakan periwayatan langsung dari Nabi. Di samping itu nilai keadilan Ibn Abbas tidak diragukan, yang tidak mungkin sengaja dusta kepada Nabi saw.
Ketiga, tuduhan bahwa riwayat Ibn Abbas berseberangan dengan riwayat Ibn Abbas lainnya bahwa Nabi hanya bermaksud puasa Asyura tetapi tidak kesampaian, beliau keburu meninggal dunia. Hadis ini dikatakan ada pada kodifikasi Muslim. Setelah dilakukan penelusuran terhadap semua hadis yang terkait dengan puasa Asyura dalam Shahih Muslim ternyata tidak ditemukan adanya hadis ini. Dengan demikian tuduhan ini mengada-ada dan batal secara otomatis.
Keempat, tuduhan bahwa riwayat Ibn Abbas berseberangan dengan riwayat Ibn Abbas lainnya bahwa Nabi sempat melakukannya setahun sebelum beliau meninggal dunia merupakan penukilan yang parsial, tidak komprehensif. Sebagaimana dimaklumi Ibn Abbas hijrah ke Madinah pada tahun ketujuh. Pada tahun kedelapan hijrah ia menyaksikan Nabi berpuasa Asyura, hasil diskusi inilah yang melatarbelakangi pernyataan Nabi “sekiranya masih ada sisa usia saya yang akan datang saya akan melaksanakannya yang kesembilan”. (Lihat hadis pokok nomor: 6, 7, 8, 14).
Kelima, tuduhan bahwa riwayat Ibn Abbas berseberangan dengan riwayat Aisyah yang menyatakan bahwa Nabi sudah melakukan puasa Asyura sejak zaman jahiliah dan meninggalkannya setelah turun perintah puasa Ramadhan tidak benar. Semua riwayat (termasuk riwayat Aisyah) tidak pernah menceritakan bahwa Nabi sudah melakukan puasa Asyura sejak zaman jahiliah. Para sahabat hanya menceritakan bahwa puasa Asyura itu sudah ada sejak zaman jahiliah. Bukan hanya Asiyah yang menceritakan keberadaan puasa ini sejak zaman jahiliah, sahabat lain seperti Abdullah ibn Umar juga meriwayatkannya (lihat hadis pendukung nomor: 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11 ). Adapun riwayat Aisyah dapat dilihat pada hadis pendukung nomor: 12, 13, 14, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 28 dan 30. Dengan demikian tidaklah benar sekiranya dikatakan Nabi telah melakukan puasa Asyura sejak zaman jahiliah. Dengan demikian tidak ada kontradiksi antara riwayat Ibn Abbas dengan Aisyah dan Abdullah ibn Umar.
Keenam, tuduhan bahwa riwayat Ibn Abbas berseberangan dengan riwayat Mu’awiyah yang menyatakan bahwa Nabi memerintah puasa Asyura pada waktu haji Wada’ merupakan kekeliruan memahami hadis Mu’awiyah itu sendiri. Karena Mu’awiyah melakukan puasa Asyura di tahun hajinya, bukan saat beribadah haji. Itulah sebabnya pernyataan Mu’awiyah ditujukan kepada penduduk Madinah, bukan penduduk Makkah. Dalam riwayat lain Mu’awiyah berkhutbah di hari Asyura. (Lihat hadis pendukung nomor: 44, 45, 46, 47, 48). Dengan demikian tidak ada kontradiksi antara riwayat Ibn Abbas dengan riwayat Mu’awiyah.
Ketujuh, penilaian hadis Ibn Abbas tidak faktual, karena kehadiran Nabi di Madinah pada bulan Rabi’ul Awwal, bukan pada bulan Muharram (Asyura) pada dzahirnya ada benarnya. Namun harus difahami, yang diceritakan oleh Ibn Abbas bukanlah kisah hijrah Nabi, melainkan kapan puasa Asyura pertama kalinya dilakukan oleh Nabi saw, apakah sebelum hijrah atau sesudah hijrah. Dari sini redaksi cerita Ibn Abbas tidaklah salah, apakah puasa Asyura itu dilakukan setelah kehadirannya satu bulan, dua bulan atau lebih. Sama halnya dengan pernyataan ahli sejarah bahwa ketika bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, datanglah Belanda untuk menjajah kedua kalinya. Padahal antara proklamasi dan kedatangan Belanda yang kedua kalinya terdapat masa jedah yang cukup lama.
Kedelapan, hadis-hadis puasa Asyura yang dinilai tidak sejalan dengan larangan Nabi untuk mengikuti tradisi Yahudi harus dilihat terlebih dahulu tradisi yang bagaimana? Yahudi dalam riwayat-riwayat puasa Asyura, tentunya bukan Yahudi yang kafir. Benar, sekiranya kita mempelajari ilmu perbandingan agama, tidak pernah ada pada mereka (Yahudi yang kafir) tradisi puasa. Tentunya Yahudi yang dimaksud dalam semua periwayatan hadis adalah Ahli Kitab, mereka yang masih konsisten menjalankan perintah Allah pada syari’at Rasul-Rasul sebelumnya. Hal ini banyak kita temukan, seperti tradisi puasa Daud, khitan, haji dan sebagainya. Dengan demikian tidak ada kontradiksi antara perintah puasa Asyura dengan hadis yang memerintahkan penyesilihan dengan tradisi Yahudi.
Kesembilan, benarkah puasa Asyura merupakan rekayasa Yazid ibn Mu’awiyah? Dari pelacakan beberapa referensi hadis yang terkenal saja sudah ditemukan enam belas sahabat yang terlibat dalam periwayatan hadis puasa Asyura. Mereka itu adalah Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Umar, Aisyah, Salamah ibn Akwa’, Rubayyi binti Mu’awwidz, Mu’awiyah ibn Abi Sufyan, Abu Musa al Asy’ari, Jabir ibn Samurah, Abu Qatadah, Muhammad ibn Shaifi, Hafshah, Qais ibn Sa’ad, Ali ibn Abi Thalib, Abu Hurairah, Hindi ibn Asma’ dan Jabir ibn Abdullah. Hadis-hadis mereka terkodifikasi dalam referensi yang begitu akurat. Maka sungguh mengherankan sekiranya puasa Asyura merupakan rekayasa Yazid ibn Mu’awiyah lantaran berhasil membantai keluarga Nabi dalam perang Karbela lantas mengadakan syukuran berupa puasa?! Sementara Yazid sendiri tidak pernah terlibat dalam periwayatan puasa Asyura?!
Meragukan validitas hadis Abdullah ibn Abbas berarti juga meragukan validitas semua periwayatan di atas. Selama ini umat Islam tidak pernah mempermasalahkan keberadaan puasa Asyura. Yang diperselisihkan hanyalah pada dataran pelaksanaannya, apakah cukup pada tanggal sepuluh Muharram atau tanggal sembilan dan sepuluh. Gagasan menambah satu hari itu tentunya biar tidak menyerupai tradisi Yahudi. Padahal dari paparan di depan dapat dicermati bahwa penyerupaan itu bukan pada Yahudi yang kafir (karena mereka tidak memiliki tradisi puasa), malainkan tradisi Ahli Kitab. Maka semua hadis yang bermuatan bahwa sekiranya Nabi diberi usia panjang beliau akan melaksanakan hari al tasi’ (kesembilan) tentunya dibawa pada makna “tahun kesembilan”, bukan tanggal sembilan. Hal ini dapat dicermati sebagai berikut:
Pertama, Nabi saw, mulai melaksanakan puasa Asyura pada tahun pertama hijriyah. Waktu itulah Nabi memerintah umat untuk guyup mempuasainya. Pada tahun kedua hijriyah turunlah perintah puasa Ramadhan, sejak saat itu Nabi tidak memerintah dan juga tidak melarangnya. Namun ditemukan informasi bahwa Hafshah meriwayatkan: “Empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi yaitu puasa Asyura, puasa hari kesepuluh di bulan Dzul Hijjah, puasa tiga hari setiap bulan dan dua raka’at sebelum Fajar” (Lihat hadis pendukung nomor: 66).
Kedua, pada tahun kedelapan hijriyah, ketika Nabi berpuasa Asyura jelas telah melaksanakan yang kedelapan kalinya. Saat itulah Nabi ditanya oleh Abdullah ibn Abbas yang baru datang dari kota Makkah, kenapa Nabi mempuasai hari yang diagung-agungkan oleh Yahudi. Maka Nabi menegaskan sekiranya ada sisa usia di tahun depan maka beliau akan melakukannya yang kesembilan kalinya.
Ketiga, sekiranya redaksi al tasi’ dimaknai tanggal sembilan, apakah selama delapan tahun Nabi melaksanakan puasa Asyura pada tanggal sepuluh Muharram salah, yang akhirnya ditegur dan dikoreksi oleh Abdullah ibn Abbas yang usianya waktu itu baru sepuluh tahun?


Penutup
Sekiranya puasa Asyura merupakan rekayasa Mu’awiyah sebagai wujud mensyukuri setelah pembantaian keluarga Nabi, tentunya sangat tidak kritis dan tidak rasional. Logikanya, syukuran mereka tentunya diwujudkan dengan hidup berfoya-foya, minum arak, bercengkrama dengan para gadis pelacur dan sebagainya, bukan dengan berpuasa.
Sekian banyak sahabat telah terlibat membenarkan syari’at puasa Asyura, perbedaan mereka hanyalah pada hari pelaksanaannya, ada yang mencukupi tanggal sepuluh bulan Muharram, ada pula yang berpuasa hari kesembilan dan kesepuluhnya. Pendapat kedua ini dilatarbelakangi untuk tidak menyerupai tradisi Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal sepuluh. Pada pendapat kedua ini ada kejanggalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar